Menghadiri Soft-Opening IKEA Indonesia

Bicara tentang IKEA, sesungguhnya nama IKEA sudah lama kudengar saat aku mendapat kesempatan untuk membantu proyek renovasi rumah tinggalku beberapa tahun yang lalu yang membuatku sempat mondar-mandir keluar masuk aneka toko keramik, material, sampai swalayan-swalayan peralatan rumah tangga seperti ACE Hardware, Informa, Mitra 10, Depo Bangunan dan lain sebagainya. 

Brosur IKEA versi luar negeri pun juga pernah kulihat-lihat. Memang menarik melihat aneka furniture yang sudah tertata rapi sesuai ruangan dan masing-masing perabotan dapat dibeli secara terpisah, tapi tak pernah terbayang bagaimana suasana toko IKEA sebelum melangkah sendiri ke dalam tokonya… sampai hari ini. 

Undangan Dadakan

Terima kasih kepada Dimas sepupuku yang memasukkan namaku sebagai bagian dari teman dan keluarga (friends and family) yang mendapat undangan eksklusif dari IKEA untuk menghadiri acara soft-opening toko IKEA pertama di Indonesia yang terletak di Alam Sutera, walaupun kami diberitahukan pada malam hari sebelum acara. Dimas sendiri bekerja di IKEA pada bagian komunikasi dan desain interior dimana salah satu tanggung jawabnya adalah pada pembuatan brosur dan rambu-rambu di dalam toko. 

Atas petunjuk Dimas juga, kami (aku, Mbak Lala, Ibu Murdi, dua sepupuku Isty dan Kanis) diminta untuk datang lebih pagi untuk menerima undangan dan juga agar terhindar dari suasana yang riuh dan ramai, karena konon kabarnya ada 2.700 undangan yang disebar untuk menghadiri acara hari ini. Jadilah kami tiba di toko IKEA di daerah Alam Sutera sekitar pukul 7.30 pagi, padahal toko baru dibuka pukul 9.15 WIB. 

Tidak sulit menemukan plang nama IKEA yang berwarna kuning dan biru itu dari tol Jakarta-Merak yang berdekatan dengan tanda keluar tol Kunciran dan Alam Sutera. Mengikuti jalan searah yang memutar kembali menuju tol setelah keluar tol, toko IKEA yang berbentuk seperti boks kontainer besar berwarna biru itu pun terlihat. Namun karena baru dibuka, masih terlihat proyek pengerjaan dan perbaikan di daerah sekitaran lapangan parkir. Tanaman-tanaman perindang pun terlihat masih baru ditanam dan disirami. Mengikuti petunjuk petugas, kami parkir di lapangan parkir yang terlihat masih lengang. Dan sambil menunggu waktu buka toko, jadilah beberapa foto selfie sebagai tanda kami telah menghadiri acara soft-opening IKEA sebagai undangannya. Karena sepertinya kabar kehadiran IKEA di Indonesia sudah tersebar dan banyak yang menunggu kapan IKEA mulai dibuka, maka kehadiran sebagai orang-orang pertama yang melangkahkan kaki ke toko IKEA sepertinya menjadi sebuah nilai plus tersendiri :)

Mendekati waktu buka toko, dan mengikuti gerakan para undangan lain menuju basement, kami pun menuju ke sana. Dan… wuih, tempat parkir IKEA di basement cukup keren karena menggunakan keramik sehingga terlihat cerah. Berbeda dengan suasana basement beberapa pusat perbelanjaan yang biasanya hanya menggunakan semen yang diaci saja sebagai lapisan dinding maupun lantainya. Dan karena kami termasuk rombongan awal yang datang, suasana parkir pun terlihat masih lengang. 

Walau termasuk rombongan awal, suasana menjelang buka toko di depan gerbang toko IKEA terlihat mulai ramai. Bersyukur kami termasuk di dalam orang-orang pertama yang diperkenankan masuk untuk ke pintu IKEA untuk pertama kali. Dan sambil menunggu pintu dibuka, terlihat antusiasme para undangan yang menunggu di jalur antrian sambil mengambil gambar suasana orang-orang yang antri atau mengambil foto selfie mereka bersama keluarga atau kerabat yang datang bersama. Teknologi kamera yang tersemat di telepon genggam memang membuat setiap orang dapat mengambil gambar di sekitar mereka dengan leluasa… ;)

IKEA Dibuka!

Dan… toko pun dibuka! Kami dan para undangan yang lain berjalan masuk dengan penuh antusias. Dan kami langsung disambut dengan tangga dan eskalator menuju lantai di atasnya. Sebelum memasuki showroom, terdapat tempat dimana kami dapat meminjam brosur IKEA juga mengambil tas belanja plastik besar berwarna kuning dan troli kecil. Terdapat juga dua jenis brosur yang berisi petunjuk cara belanja dan petunjuk ruang-ruang di IKEA, juga sebuah pensil kecil untuk menulis nomor seri barang yang kita minati pada brosur tersebut. 

Di lantai bawah sebelum naik tangga, terdapat sebuah ruang yang disediakan khusus oleh IKEA untuk mengisi waktu anak-anak yang dibawa oleh para pelanggan. Aku tidak memperhatikannya secara detil, namun sekilas seperti sebuah tempat bermain yang rasanya akan membuat Olympus dan Duta yang sedang senang-senangnya eksplorasi cukup betah di sana :)

Di dalam undangan IKEA sendiri terdapat tulisan bahwa kami diperkenankan membawa anak-anak, namun kami baru tahu hal itu karena menerima undangannya pada hari pembukaan. Tapi pertimbangan tak membawa anak-anak juga dikarenakan toko IKEA ini adalah sebuah tempat baru yang belum pernah didatangi, jadi biarlah kami melihat-lihat suasana dulu sebelum membawa anak-anak.   

Mulailah kami menjelajah seluruh showroom yang ada satu demi satu. Sungguh menarik melihat cara IKEA menata barang-barangnya. Selain meletakkannya per jenis barang, ada juga display aneka furniture yang ditata menyesuaikan dengan luas ruang terbatas yang umumnya ada, sehingga dengan luas tersebut sudah mencakup seluruh interior yang ada mulai dari kamar tidur, ruang TV, dapur dan kamar mandi. Sungguh konsep yang menarik dan cukup memudahkan bagi mereka-mereka yang ingin mengisi ruang-ruang kosong di rumahnya :) 

Setelah selesai menjelajahi showroom yang cukup panjang, sambil memilih dan mengambil beberapa barang kecil (bantal, talenan, dan sebagainya) yang bisa dibeli, kami sampai di daerah restoran yang masih belum dibuka, tapi sudah terlihat para pegawai IKEA bagian tersebut sedang sibuk mempersiapkan diri. 

Setelah istirahat sejenak sambil mampir ke toilet, kami melanjutkan perjalanan menuju bagian pasar swalayan di lantai bawah. Kembali kami menyaksikan aneka barang-barang yang begitu menggoda untuk dibeli, karena harganya terlihat cukup terjangkau dengan kualitas dan bentuk yang bagus dan menarik untuk semua kategorinya. 


Simulasi Evakuasi

Saat kami sampai di bagian perlengkapan kamar mandi, terdengar suara panggilan bagi semua pegawai untuk berkumpul di bagian lighting. Mendengar itu, kami pun mulai bersiap-siap untuk mengikuti proses evakuasi. Evakuasi? Siap-siap? Berarti kami sudah tahu ya kalau mau evakuasi? Begitulah, karena di dalam undangan sudah diberitahukan bahwa akan ada simulasi evakuasi. 

Dan alarm yang sesungguhnya pun berbunyi. Para pegawai IKEA langsung mengarahkan kami menuju pintu keluar terdekat dan meminta kami meninggalkan barang-barang belanjaan yang kami bawa. Setelah mencari tempat yang baik untuk menaruh troli, kami pun keluar ruangan mengikuti petunjuk pegawai IKEA yang sudah stand by di dalam dan luar ruangan. 

Walaupun proses evakuasi ini merupakan simulasi dan kami tidak perlu berlari-lari sebagaimana bila ada kebakaran sungguhan, namun sinar matahari yang sangat terik membuat proses evakuasi itu terasa melelahkan. Rasanya sekitar 20 menit kami berada di lapangan parkir di bawah terik matahari menunggu instruksi selanjutnya. Setelah 'drama' evakuasi itu selesai, kami pun kembali ke dalam toko. Dan entah karena suhu yang sangat panas di luar atau ada banyak orang yang masuk ke dalam toko bersamaan, AC di dalam toko sempat terasa tidak dingin untuk beberapa saat … xp 

Syukurlah restoran sudah dibuka, sehingga Ibu dan Mbak Lala bisa langsung menuju ke sana. Karena bila harus menuju tempat troli kami ditinggal, perjalanannya masih agak jauh. 

Setelah kembali menyusuri jalan tempat kami berbelanja, akhirnya troli yang ditinggal ditemukan. Lalu aku, Isty dan Kanis kembali menyusuri jalur belanja sampai ke gudang penyimpanan yang begitu luas, tempat barang-barang di showroom yang dikehendaki dapat diambil. Dan jalur belanja kami berakhir di daerah kasir. 

Sesampainya di kasir, kami belum ingin membayar belanjaan dulu karena ingin beristirahat di restoran setelah berbelanja dan evakuasi tadi. Maka troli berisi barang belanjaan kami tempatkan di sebuah sudut tak jauh dari kasir, dan kami menuju restoran di lantai atas yang terlihat sangat ramai dengan antrian yang panjang. Bersyukur IKEA memiliki area makan yang cukup luas, jadi walau suasana ramai, kami masih kebagian tempat duduk yang nyaman. Dan bersyukur Ibu dan Mbak Lala sudah antri duluan jadi kami tak menunggu terlalu lama. 


Makanan pun tiba, dan kami saling mencicipi aneka hidangan yang dipesan oleh Ibu dan Mbak Lala. Dan salut untuk tim restoran IKEA, dapat dikatakan semua hidangan yang kami pesan rasanya enak dan nyaman seperti salmon asap, salmon salad, bakso dengan pure kentang, ayam bumbu dengan pure kentang juga, kue muffin, roti dan salad. Lalu satu cangkir untuk minuman panas dan satu gelas untuk minuman soft drink  dapat diiisi ulang sesuka hati dengan mengambil sendiri di dispenser yang disediakan. Sebuah konsep hidangan yang menarik. 

Di sana pula kami bertemu lagi dengan Dimas untuk menyampaikan beberapa masukan demi perbaikan pelayanan IKEA ke depan, mulai dari rambu-rambu yang harus diperjelas demi kenyamanan konsumen sampai masih adanya pegawai IKEA yang belum menguasai materi bila mendapat pertanyaan dari konsumen. Setelahnya, kembali kami menyusuri jalur belanja di daerah swalayan dengan tujuan untuk membayar barang-barang yang sudah kami kumpulkan di kasir, sambil foto-foto juga karena di IKEA mengambil gambar di mana pun diperkenankan. 



Troli Menghilang

Dan apa yang terjadi? Troli kami sudah tidak ada di tempatnya! Cari punya cari, ternyata sebagian barang-barang kami ada pada salah satu sudut tak jauh dari kasir. Di sudut tersebut terdapat tiga tempat besar berisi barang-barang yang tidak jadi dibeli dari kasir atau dari troli-troli yang dianggap sudah ditinggal oleh pembelinya sebagaimana yang dialami oleh troli kami. Dan setelah dikumpul-kumpulkan, tidak semua item barang kami ada di sana! Sepertinya sebagian sudah dikembalikan oleh pegawai IKEA atau diambil oleh pelanggan lain. Karena kami sangat membutuhkan barang-barang tersebut, tidak ada jalan lain bagi kami selain mengambil barang-barang tersebut kembali di tempat kami menemukannya. 

Masalahnya, konsep berbelanja di IKEA Indonesia ini taklah seperti swalayan material pada umumnya. Untuk menemukan kembali barang yang kami butuhkan, kami harus menyusuri kembali jalur showroom maupun swalayan untuk mendapatkan barang tersebut. Iya kalau barangnya ada di dekat pintu keluar. Kebanyakan barang-barang tersebut yang tertinggal ada di showroom maupun di tengah swalayan, dan tidak ada jalan yang dekat untuk menuju ke sana dan kembali ke kasir. Ada sih shortcut atau jalan pintas, tapi tetap saja jauh menurutku. Bersyukur aku masih berada dalam kondisi semangat menikmati suasana belanja yang baru di IKEA, walau lama-lama terasa lelah juga karena terdapat insiden adanya barang display yang tidak bisa kami beli sehingga aku harus kembali memutar untuk memperoleh barang tersebut lagi. Bisa saja sih ditinggal, tapi menimbang-nimbang jarak dan waktu, rasanya lebih baik aku berjalan jauh lagi saja daripada harus kembali lagi di lain waktu. 

Perlu diketahui oleh para calon pelanggan IKEA bahwa tidak ada kantong plastik yang disediakan di kasir untuk membawa belanjaan kecil-kecil ke mobil atau motor. Bila memang ingin membawa tas untuk membawa barang-barang tersebut, maka tersedia tas-tas plastik yang bisa dibeli atau Anda bisa membawa tas plastik Anda sendiri. Dan sungguh aku mengapresiasi hal tersebut sebagai salah satu metode belanja yang selaras dengan pelestarian lingkungan dengan mengurangi pemakaian plastik. 

Selesai membayar di kasir, kami pun mencoba menikmati suasana kafetaria di belakang kasir yang menjual aneka makanan dan minuman ringan seperti hotdog, roti isi ayam pedas, es krim cone vanila dan minuman ringan yang masih menerapkan sistem beli satu gelas dan silakan mengambil minuman sepuasnya di dispenser yang disediakan. 

Dan satu hal yang mungkin harus diketahui para pelanggan IKEA kelak bahwa aneka minuman dan makanan di kafetaria itu tidak disiapkan untuk dibawa pulang. Maka tidak ada kantong plastik untuk membawa hotdog untuk oleh-oleh atau untuk dimakan dalam perjalanan pulang. Anda harus mempersiapkan kantong plastik atau tempat Anda sendiri untuk membawa semua itu. 

Kami sudah akan masuk mobil untuk pulang ketika pengumuman bahwa IKEA akan tutup sudah mulai terdengar, padahal waktu baru menunjukkan menjelang pukul 3 sore. Sepertinya IKEA belum akan buka sampai malam dalam soft-opening kali ini. Dan syukurlah parkir di IKEA gratis. Kalau tidak, bisa lebih dari Rp 20.000 nih uang parkirku hari ini … ;)

Kesimpulan 

Demikianlah kisah perjalanan dan pengalaman pertamaku berbelanja di toko IKEA pertama di Indonesia. Sebuah nama toko furniture yang cukup ternama dan bagiku isi barang-barang di dalamnya mencerminkan hal tersebut. 

Walau belanja kali ini cukup melelahkan karena konsep belanja yang baru dan banyaknya langkah yang harus diambil untuk menyelesaikan semuanya, namun aku cukup menikmati waktu demi waktuku berbelanja di IKEA. 

Dan bagiku, semua toko swalayan material yang pernah kudatangi selama ini masing-masing memiliki ciri khas dari apa-apa yang dijual di dalamnya, masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya, masing-masing niscaya memiliki segmen pelanggan dan pasarnya sendiri-sendiri. Dan dengan pernah mendatangi semua swalayan tersebut, setidaknya aku sudah mendapat bayangan dan gambaran harus ke manakah bila membutuhkan peralatan pertukangan, membeli cat dengan merk tertentu, pernak-pernik kebutuhan rumah tangga atau furniture untuk ruang tertentu di rumah dan sebagainya. Dan tentu semua juga sudah di dalam perkiraan harga setiap barang di masing-masing toko. 

Maka bagiku, kehadiran IKEA di Indonesia menjadi keuntungan sendiri bagi para konsumen di Indonesia yang menginginkan suasana belanja dan barang-barang yang memiliki nuansa yang baru. 

Bagi para calon pelanggan IKEA, berdasarkan pengalaman pertama berbelanja di IKEA, ada sebuah tips dari saya: "Pastikan semua barang yang Anda butuhkan sudah ada di troli dan langsung bayar di kasir, taruh di mobil, sebelum beristirahat di restoran." Karena bila ada yang ketinggalan, mengambil barangnya jauh, bos! Dan kalau troli ditinggal, bisa-bisa barang-barang yang sudah sepenuh hati Anda pilih bisa dibongkar petugas dan dikembalikan lagi ke tempatnya. Akibatnya, Anda harus mengulang lagi deh perjalanan panjang Anda berbelanja. 
Selamat datang di Indonesia, IKEA! Terima kasih atas pengalaman baru berbelanja di sana. Semoga pada saatnya aku berkesempatan kembali ke sana, segalanya yang sudah baik akan menjadi lebih baik. Amin :)   

NB: Terima kasih ya, Kanis, untuk foto-fotonya :)

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top