Saat membawa mobil menuju Taman Mini Indonesia Indah (TMII), salah satu obyek wisata di daerah Jakarta yang cukup terkenal kurasa, terlintas tanya di dalam benak, “Kapan ya terakhir aku ke Taman Mini?” Sepertinya sudah cukup lama sekali. Setiap lintasan peristiwa berkelebat di dalam kenangan, sepertinya itu adalah saat-saat aku masih berseragam sekolah, antara di SD, SMP atau SMU. Bila itu benar, maka setidaknya sudah lebih dari 14 tahun aku tidak menginjakkan kaki di TMII, padahal banyak hal yang ternyata bisa dikunjungi di sana.
Dengan tarif Rp 10.000 per orang dan per mobil, kami memasuki TMII menjelang pukul 9. Sepertinya masih belum terlambat sesuai jadwal yang disepakati … x). Dan sampailah kami di depan Taman Burung yang ditandai dengan sangkar-sangkar berbentuk kubah raksasa tempat aneka burung dipelihara.
Sambil menunggu teman-teman dari Klub OASE berkumpul, tiba-tiba datang tiga sosok kelinci menghampiri rombongan kami. Ketiganya terlihat langsung mendekati anak-anak yang cukup tertarik dengan kehadiran mereka. Dasar tidak pernah ke TMII, saya mengira bahwa kehadiran mereka adalah bagian dari hiburan resmi di TMII. Karena itu saya agak terkejut ketika tiba-tiba dua dari tiga kelinci itu menunjuk-nunjuk kantong yang ada di depan perutnya setelah kami selesai mengambil gambar bersama. Saya pikir ada sesuatu yang harus saya ambil di sana, namun ternyata sebaliknya, malah saya yang dimintai uang berapa saja untuk mereka. Dari sana saya baru mengetahui bahwa kelinci-kelinci itu adalah penghibur yang mungkin berkeliling TMII untuk memperoleh rezekinya. Jadi tahu deh… x)
Sekitar pukul 9.30, kami mulai masuk ke dalam Taman Burung. Setelah berfoto bersama di dekat gerbang masuk, kami menunggu kakak-kakak dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang akan memandu anak-anak datang sambil Mbak Shanty memberikan pengarahan kepada anak-anak mengenai rencana perjalanan hari ini, setelah sebelumnya anak-anak sempat mengamati beberapa burung pelikan yang dibiarkan bebas di sekitar danau.
Kak Rahmat dan Kak Rega, itulah kakak-kakak dari UNJ yang telah menyempatkan untuk datang ke Taman Burung hari ini. Setelah kedua kakak tersebut memperkenalkan diri dan memberikan pengarahan singkat tentang jenis-jenis burung dan makanannya, acara dilanjutkan dengan membagi anak-anak menjadi dua kelompok yang mana masing-masing akan menuju Kubah Timur dan Kubah Barat, sesuai dengan klasifikasi burung-burung dari kedua daerah di Indonesia.
Menyusuri Kubah Barat dan Kubah Timur
Berdasarkan pembagian, ternyata Oji dan Yanthi berada dalam satu regu. Syukurlah, jadinya aku dan Nur bisa berada di dalam satu rombongan. Mengikuti Kak Rahmat, kami menuju Kubah Timur terlebih dahulu. Dengan sabar, Kak Rahmat memperkenalkan jenis-jenis burung yang ada di hadapan kami juga menjawab aneka pertanyaan yang muncul tidak hanya dari anak-anak yang kritis dan penuh rasa ingin tahu, tapi juga dari para orangtua yang penuh minat. He he … Klub OASE memang klub keluarga ya… x)
Melihat pintu berat dan rantai-rantai yang menghalangi setiap pintunya agar burung-burung tidak dapat keluar dari sangkarnya, sepertinya hal tersebut pernah kulihat di dalam salah satu perjalanan karyawisata waktu SD dahulu. SD… sekarang aku datang kembali dengan istri dan kedua anakku, namun beberapa elemen di Taman Burung ternyata masih lekat di dalam ingatan… :)
Olympus sendiri pada awalnya terlihat menikmati dan mengikuti rombongan. Karena perjalanan yang cukup panjang, lama-lama Oji terlihat kelelahan juga. Namun sepertinya rasa lelahnya itu seperti hilang kalau melihat jalan setapak yang ‘menantang’, yang menanjak dan menurun sehingga ia bisa menambah kecepatan larinya. Mungkin bagi Oji, medan jalan yang menantang terlihat lebih menarik ketimbang memperhatikan burung-burung ^^.
Kalau Yanthi, yang saat ini sedang senang meniru setiap kata dan merangkainya dengan posisi dan komposisi yang semakin tepat, terlihat cukup menikmati suasana di Taman Burung dengan jalan setapak dan suasana yang rimbun penuh pepohonan (dan suara burung tentunya…). Mungkin pada saat kami kembali lagi ke tempat ini suatu hari, Yanthi sudah lebih dapat menikmati keragaman jenis burung yang sungguh sangat menarik… :)
Saat berada di Kubah Barat, kami mendapat kesempatan untuk berfoto bersama burung elang dan burung rangkong, dengan tarif Rp 5.000 untuk setiap kali pose. Aku berharap Oji bisa ikut mengabadikan momen di Taman Burung ini dengan berfoto bersaman salah satu atau kedua burung tersebut sebagaimana anak-anak yang lain. Tapi, apa boleh buat, Oji sepertinya masih belum berani tubuhnya ditenggeri burung-burung jinak itu. Jadilah yang terabadikan adalah ayahnya yang ditenggeri si rangkong atau enggang. Seru juga … ^^
Membuat Topeng Burung
Waktu terasa begitu cepat berlalu menikmati aneka keragaman hayati di kedua kubah Taman Burung tersebut, namun tak dapat dipungkiri bahwa kaki dan tubuh mulai terasa lelah. Maka momen makan siang bersama (dengan bekal masing-masing) menjadi terasa sangat nikmat untuk menge-charge ulang tubuh yang lelah. Dan semua kelelahan itu menjadi tak terasa saat melihat anak-anak yang begitu antusias dengan gunting, lem, kain flanel dan aneka kertas yang diguntingi untuk dijadikan topeng burung, sesuai dengan tema kunjungan hari ini. Dan terlihat sekali bagaimana Kak Rahmat dan Kak Rega tidak hanya bersemangat menjelaskan tentang aneka burung yang ada, namun juga terlihat turut asyik membantu anak-anak membuat topeng-topengnya.
Bagaimana dengan Olympus dan Yanthi? Keduanya juga terlihat menikmati menggunting, mewarnai dan menempel-nempelkan kain flanel di topengnya. Urusan rapi mah belakangan, yang penting orisinil hasilnya, karya tangan mereka sendiri dengan bantuan seperlunya.
Langit TMII terlihat mulai mendung saat kami melakukan sesi foto bersama sebelum mengakhiri acara. Kembali sebuah field trip bersama Klub OASE yang penuh kesan ^^.
Terima kasih kepada Mbak Shanty yang telah mengusulkan untuk field trip ke Taman Burung, dan juga yang telah mengurusi segala urusan untuk acara pada hari ini, mulai dari mendata jumlah peserta, menghadirkan kakak-kakak dari UNJ untuk menjadi pembimbing bagi anak-anak, juga menyediakan aneka peralatan untuk prakarya sehingga membuat field trip kali ini terasa begitu menyenangkan. Terima kasih juga kepada Mas Aar untuk foto-fotonya yang keren-keren.
Sebuah kehangatan dalam kebersamaan yang kembali terhadirkan bersama keluarga-keluarga homeschooling, terasa bak oase yang begitu menyegarkan. Semoga rasa ini dapat teralami lagi pada kesempatan yang akan datang. Sampai berjumpa lagi, teman-teman. #SIAP! :)
0 comments:
Post a Comment