Menikmati Suasana di Festival Dongeng Indonesia 2014


Hari Minggu pagi ini, 2 November 2014, kami sekeluarga telah mempersiapkan diri untuk berangkat menuju Museum Nasional. Karena apa? Karena ada Festival Dongeng Indonesia! Dan ada Kak Aio di sana! :) 

Nama Kak Aio sudah beberapa kali kudengar dari Mbak Lala saat menceritakan beberapa pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama dengannya. Dikabarkan bahwa Kak Aio adalah seorang yang berkomitmen memasyarakatkan dongeng dan menjadikan dongeng sebagai media untuk membahagiakan orang lain. Dikabarkan pula bahwa bila terjadi bencana yang menimpa suatu daerah di Indonesia sehingga menyebabkan banyaknya warga yang mengungsi, konon Kak Aio ini dengan segala daya dan upaya akan mencari cara menuju lokasi pengungsian untuk mendongeng dan menghibur masyarakat di sana. 

Facebook
Saat pertama kali bertemu Kak Aio yang datang ke rumah untuk menyelesaikan proyek situs dongengnya bersama Mbak Lala, kesan akrab dan menyenangkan langsung terasa. Dan dari perbincangan di meja makan, aku semakin mengenal Kak Aio sebagai seorang yang pandai mengatur kata dan suasana sehingga menjadi lebih meriah. 

Nah, Kak Aio inilah yang menjadi salah satu penggagas acara ‘Dengar Dongeng di Museum’ yang diadakan di Museum Nasional, Jakarta, pada hari Minggu pagi ini. Maka berangkatlah aku, Nur, Olympus dan Yanthi bersama Mas Aar dan Mbak Lala, juga Dinda sepupuku menuju ke sana. 

Setelah membayar tiket masuk museum sebesar Rp 5.000 per orang dan Rp 2.000 per anak kecil, kami memasuki museum karena lokasi festival dongeng tersebut memang berada di dalam museum. Setelah melewati lorong dengan peta Indonesia yang besar di sisi sebelah kanan, barulah kami sampai ke area festival dimana sudah terdengar kemeriahan perkusi yang dimainkan. Terlihat pula meja-meja yang berjejer, yang diisi dengan aneka barang yang diperdagangkan dalam bazaar yang menjadi bagian dari festival tersebut. 


Dari sana pula kami mengetahui bahwa ada dua area acara, yaitu di aula besar yang dapat diikuti oleh umum, lalu ada di sebuah ruang di auditorium yang berbayar karena merupakan sesi-sesi khusus dengan para pembicaranya. Ada Story Yoga dengan Paramitha Hioe, Workshop Mendongeng dengan Kak Aio, ada pula pendongeng dari Inggris Cassandra Wye, dan sebagainya.

Sebagai salah satu rekanan dari Kak Aio di dalam mengelola situs indostoryfest.com melalui Digital Mommie-nya, Mbak Lala mendapatkan tiket untuk salah satu acara berbayar tersebut, yaitu acara Story Yoga bersama Paramitha Hioe. Karena bertepatan dengan acara tersebut Mas Aar menjadi moderator talkshow yang diadakan di sana, dan kebetulan ketiga anak Mbak Lala tidak ikut dalam acara hari ini, maka Mbak Lala memberikan ‘jatah’ tiketnya kepada kami. 

Story Yoga with Paramitha Hioe

Mendongeng sesungguhnya telah menjadi hal yang biasa kami lakukan untuk anak-anak kami, khususnya Oji yang sudah pandai mendengar dan menceritakan kembali. Namun mendongeng sambil beryoga, nah… itu memang suatu hal yang baru. Dan itulah yang kami peroleh suasananya saat menyaksikan Paramitha Hioe mempraktikkan cara mendongeng sambil beryoga. 

Aku sendiri tidak mengikuti sesi story yoga itu dengan penuh, karena aku kembali ke ruang aula untuk mendokumentasi kegiatan Mas Aar dari Rumah Inspirasi yang menjadi moderator dalam acara talkshow yang diadakan pagi itu, setelah dongeng dari Kak Aio. Sayangnya sampai kami pulang, Kak Aio sudah tidak mendongeng lagi, padahal Oji menunggu-nunggu dongeng Kak Aio. Semoga ada kesempatan lain ya Ji … x( 

Kembali ke ruang story yoga, aku melihat Nur sedang mengikuti aneka gerakan yoga yang dicontohkan oleh Paramitha Hioe sambil mendongeng tentang Kura-kura dan Burung Gagak sampai selesai. Dan setelah sempat berfoto bersama, kami kembali ke ruang aula untuk mengikuti aneka acara yang ada di sana. 


Sungguh menyenangkan mengikuti festival dongeng yang meriah seperti yang kami hadiri ini. Setelah talkshow berakhir, acara dilanjutkan dengan aneka dongeng yang dibawakan bergantian oleh para pendongeng yang sungguh berbakat di dalam membawakan cerita melalui gaya dan karakternya masing-masing. Mas Resha dengan gitarnya, dongeng Timun Mas yang dibawakan dengan bahasa kekinian, Paman Gery dengan dongeng binatangnya, dan lain sebagainya. Rangkaian dongeng tersebutlah yang membuat waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa sudah menjelang sore, saatnya bagi kami untuk pulang, walaupun acara belum berakhir. 



Bagi kami, mengisi kegiatan keluarga dengan mendatangi festival-festival yang menarik seperti ini adalah hal yang menyenangkan dan mudah-mudahan memberikan manfaat bagi Oji dan Yanthi. Oji sendiri terlihat menikmati beberapa dongeng yang dihadirkan, namun untuk beberapa dongeng terakhir, antusiasme Oji terlihat berkurang. Sepertinya karena sudah kelelahan saja sehingga sudah tidak menyimak lagi dongeng-dongeng yang diperdengarkan, padahal menurutku penceritanya sudah mendongeng dengan semangat dan isi ceritanya pun cukup menarik. 

Kami bersyukur karena Yanthi dalam kondisi sehat seharian ini. Dengan pedenya, dia tidak mau digandeng di dalam area festival, lebih memilih berjalan sendiri sambil sesekali menengok ke belakang, memastikan bahwa orangtuanya masih ada di belakang mengawasinya. Dan minat musik Yanthi akan musik juga terlihat ketika ia menggoyang-goyangkan badan dan tangannya mengikuti irama perkusi yang meriah.



Begitulah perjalanan kami ke Festival Dongeng Indonesia hari ini. Tidak hanya itu, kami juga mendapat kesempatan untuk melihat-lihat beberapa bagian di Museum Nasional yang rasanya sudah lama tak pernah kukunjungi. 


Sungguh perjalanan ini penuh kesan dan sangat mendukung Kak Aio dan teman-temannya untuk dapat kembali mengadakan acara serupa di Jakarta pada kesempatan yang lainnya. Semoga pada saatnya festival tersebut kembali diadakan, Oji dan Yanthi sudah dapat lebih menikmati dongeng-dongeng yang diperdengarkan. 

Kak Aio, semangat terus ya! :)

   



CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top