PERCAYA

Pernahkah kita merasa bahwa anak kita itu kok biasa-biasa saja, tidak menunjukkan prestasi seperti anak lain seusianya? 

Pernahkah kita merasa kalau anak kita belum mencapai atau menguasai sebuah skill atau kemampuan sebagaimana anak lain seusianya? 

Saya pernah merasakannya dan pernah melakukan sebuah hal yang sangat saya sesali kepada anak saya karena merasa terintimidasi dengan pencapaian anak lain yang seusianya. Pada kesempatan berbagi catatan harian di hari yang lain, mungkin saya akan menceritakan kisahnya 🙏

Apa yang saya lakukan saat lintasan pikiran dan perasaan itu menghampiri, bahwa anak saya kok biasa-biasa saja dan tidak berprestasi sebagaimana anak lainnya? 

Biasanya saya akan mengajak diri ini untuk tidak memperturutkan reaksi dan kegelisahan yang muncul, mencoba memberi waktu kepada diri untuk melihat sisi dan hikmah yang lain dari peristiwa yang dihadapi atau input yang diterima. 

Dan teringatlah salah satu materi di rangkaian sesi Coaching Homeschooling bersama Rumah Inspirasi bahwa membesarkan anak itu bagaikan merawat sebuah tanaman dimana kita tidak tahu benih tanaman apa yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita untuk dijaga, dirawat dan dibesarkan. 

Nah, karena benih tanaman yang diberikan kepada setiap orangtua niscaya berbeda-beda, niscaya berbeda pula masa di mana tanaman itu akan tumbuh, berbunga dan menghasilkan buahnya. 

Bagi yang mendapatkan benih tanaman yang cepat dipanen seperti sayuran sebagaimana bayam, kangkung, sawi dan sejenisnya, maka tanaman tersebut sudah terlihat hasilnya dan siap dipanen setelah 3-4 minggu benih tersebut disemai.

Bagaimana kalau benih yang dititipkan ternyata adalah benih pohon jati yang baru tumbuh tanpa bunga yang indah dan baru optimal dipanen setelah 20 tahun? 

Atau ternyata adalah benih mangga atau apel yang baru optimal memberikan buahnya setelah 2-3 tahun kemudian? 

Atau ternyata adalah bambu Cina, yang kabarnya selama 5 tahun pertama tidak menunjukkan tanda-tanda akan tumbuh membesar karena tinggi tanamannya hanya segitu-segitu saja? Barulah setelah lewat tahun ke-5, dalam beberapa minggu kemudian tinggi bambu Cina langsung menjulang bermeter-meter. Ternyata pada masa awal selama 5 tahun, bambu Cina membesarkan dan menguatkan akarnya sehingga sesungguhnya tanaman itu sedang bertumbuh, hanya saja tidak terlihat perkembangannya secara kasat mata sebagaimana tanaman yang lain. 

Pertanyaannya, apakah kita akan PERCAYA dan YAKIN bahwa benih yang sedang dititipkan kepada kita akan berbunga, berbuah dan bermanfaat indah pada waktunya?

Apa yang akan terjadi pada tanaman jati, mangga, apel dan bambu Cina bila pemiliknya memutuskan untuk menyerah dan tak mau menyiraminya lagi karena tidak kunjung berbuah dan bisa dipanen sebagaimana tanaman sayuran?

Bila memang kita sudah PERCAYA dan YAKIN, lalu apa yang perlu kita lakukan untuk itu? Ya, kita perlu terus-menerus menjaga dan menyiraminya, melindunginya dari hama atau suasana yang bisa mengganggu tumbuh-kembangnya bibit tersebut, sampai tiba masanya tanaman itu berbunga, berbuah dan hasil panennya bisa jadi bukan hanya bermanfaat untuk diri kita yang telah membesarkannya dengan sepenuh cinta, namun juga bagi siapa saja yang berada di sekitarnya.

Bagi saya pribadi, salah satu 'pertarungan' terbesar di dalam diri pada keseharian homeschooling yang kami jalani adalah untuk terus-menerus menghadirkan rasa PERCAYA di antara kabar-kabar gembira atas pencapaian dan kemampuan dari anak-anak lain yang seusia anak-anak saya, sambil terus melihat setiap kebaikan dan keberhasilan kecil yang sudah dilakukan oleh kedua anak kami. 

Karena kalau bukan kami orangtuanya yang PERCAYA akan segala kebaikan dan potensi yang dimiliki oleh anak-anak kami, lalu siapa? 

Rawamangun, 3 Mei 2021

#catatanharianAndito
#selfreminder
#parenting
#homeschooling
#percaya

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top