Mengikuti dan Menikmati Bincang Seru Homeschooling bersama Klub Oase di Museum Mandiri, 24 Januari 2015


Hari yang telah dinantikan itu pun tiba. Sabtu pagi, 24 Januari 2015, kami sekeluarga bersama keluarga Mas Aar bersama-sama menuju Museum Mandiri di daerah Kota, Jakarta Barat. Bagi Olympus dan Yanthi, perjalanan naik kereta ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka. Dan kami bersyukur karena perjalanan berlangsung dengan lancar sampai tiba di tempat.

Di KRL


Di sana, sebagian teman-teman dari Klub Oase telah tiba dan mempersiapkan acara yang akan dimulai selepas pukul 9. Ada yang sibuk mempersiapkan ruang anak-anak, pendaftaran, meja-meja bazar, konsumsi, dan sebagainya. Aku sendiri karena dipercaya untuk merekam jalannya acara beredar di sekitar panggung acara dan peralatan sound system.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 09.30 saat Mbak Lala dan Kak Siddiq membuka acara Bincang Seru Homeschooling yang konon kabarnya pendaftaran pesertanya harus ditutup pada hari yang sama setelah dibuka karena slot 200 peserta langsung penuh, padahal acaranya berbayar. Hal itu menunjukkan minat atas acara bertemakan pendidikan anak khususnya pendidikan berbasis keluarga. Cerita itu menjadi bagian dari bincang-bincang pembuka selain juga pengarahan seputar rencana menjadikan acara hari itu ‘zero waste‘ dengan memilah sampah yang akan dibuang berdasarkan kategori yang telah ditetapkan.
Bersama Kak Izal dan Kak Siddiq


Menimbang Homeschooling

Acara dilanjutkan dengan menghadirkan para pembicara di sesi pertama yang bertemakan ‘Menimbang Homeschooling’, yaitu Mas Aar Sumardiono, Mbak Mella Fitriansyah dan Mbak Wiwiet Mardiati.

Sebagai pembicara pertama, Mas Aar memaparkan aneka pertanyaan yang lazim ditanyakan para orangtua terkait dengan jalur pendidikan homeschooling yaitu seputar ijazah. Namun sebelum itu, Mas Aar menjelaskan terlebih dahulu pengertian dari homeschooling, yaitu orangtua yang bertanggung jawab sendiri untuk pendidikan anak-anaknya. Maka komunitas homeschooling adalah kumpulan keluarga homeschooling yang berbagi resource dan kegiatan bersama. Oleh karena itu akan menjadi aneh bila muncul pertanyaan, “Kamu homeschooling-nya di mana?”

Mas Aar juga mengemukakan bahwa kekuatan dari homeschooling adalah fleksibilitasnya, yaitu orangtua bisa merancang model pendidikan yang sesuai dengan anak dan keluarga. Namun kekurangan dari jalur pendidikan homeschooling adalah orangtua harus siap mental menjadi perintis dan bekerja keras dengan keterbatasan infrastruktur.

Di dalam pemaparannya, Mas Aar juga menerangkan mengenai tiga jalur homeschooling:
1. Akademis persekolahan, ijazah
2. Profesional: sertifikasi, portfolio
3. Wirausaha: bisnis nyata, magang

Bagi anak-anak yang ingin memiliki ijazah untuk kebutuhan administrasi, bisa memperoleh melalui paket A (setingkat SD), paket B (setingkat SMP) dan paket C (setingkat SMA). Terdapat pula ujian-ujian bersertifikat yang diakui secara internasional seperti Cambridge, Private Candidate, CIE Center, IGCSE A Level.

Para pembicara sesi pertama
Bila ada pertanyaan apakah anak homeschooling bisa pindah ke sekolah? Maka jawabannya adalah bisa, karena ada prinsip Multi-Entry Multi-Exit. Dan hal tersebut telah diatur di dalam PP 17 tahun 2010 pasal 73 yang pada prinsipnya menyertakan ijazah sebelumnya (dari ujian paket A, B atau C) bila dibutuhkan, sedangkan kelayakan dan penempatan diatur oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan. Demikian peraturan pemerintah yang mengatur hal tersebut sudah tersedia, hanya saja sepertinya banyak sekolah dan peserta didik yang tidak mengetahuinya.

Di dalam pemaparannya, Mas Aar juga mengemukakan bahwa keragaman adalah ciri khas dari homeschooling, oleh karena itu tidak ada dua keluarga yang menjalankan model homeschooling yang sama.


Saling Mengagumi Kelebihan Masing-masing Anak

Bincang Seru Homeschooling sesi pertama dilanjutkan dengan mendengarkan kisah-kisah dari Mbak Mella dan Mbak Wiwiet, yang masing-masing memiliki karakter anak yang berbeda-beda. Namun dari keragaman karakter itulah keduanya saling mengagumi kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap anak. Dari sanalah dapat dilihat bahwa setiap anak itu adalah unik.

Di dalam sharingnya, Mbak Wiwiet menambahkan bahwa yang harus dilakukan di dalam kegiatan homeschooling adalah mempererat kedekatan antara orangtua dan anak, karena proses yang terjadi adalah belajar bersama. Dan salah satu tipsnya adalah dengan membuat pendapat anak itu menjadi berharga, salah satunya dengan mendengarkan dan diskusi bersama.

Di sela-sela sharing Mbak Mella dan Mbak Wiwiet, Mas Aar menambahkan bahwa pendidikan yang ada saat ini cenderung memasukkan karena bersudut pandang bahwa anak seperti kertas kosong yang harus diisi. Padahal bila merujuk pada asal kata pendidikan yaitu ‘education’ dalam bahasa Inggris, sesungguhnya berasal dari kata ‘educare’ yang artinya mengeluarkan. Oleh karena itu, prinsip utama dalam homeschooling adalah orangtua menjadi fasilitator untuk menjadikan anak menjalankan perannya yang terbaik sesungguhnya dengan bakat dan minat apa yang dititipkan Tuhan kepadanya.    

Dalam kesempatan sesi pertama itu, Mbak Wiwiet juga bercerita bahwa salah satu upaya untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam diri Atala adalah menjadikan imajinasi-imajinasi Atala, putranya yang berumur 10 tahun, dikompilasi menjadi sebuah buku.

Sebelum memasuki sesi pertanyaan, Mbak Lala menambahkan bahwa salah satu yang harus dipersiapkan orangtua yang mau menempuh jalur homeschooling adalah ketahanan untuk mendengarkan. Karena ada kalanya orangtua sudah lelah mendengarkan, tapi anaknya masih semangat bercerita.


Pentingnya Menumbuhkan Minat dan Cinta kepada Hal yang Dituju


Suasana Bincang Seru sesi pertama
Pada sesi pertanyaan pertama, kesempatan diberikan kepada tiga peserta. Peserta bernama Sifa menanyakan apakah rencana memasukkan anak ke pesantren merupakan hal yang bertentangan dengan prinsip mengeluarkan potensi pada anak. Sedangkan peserta bernama Rebecca yang memiliki anak berusia 3,5 tahun menanyakan seputar tips terkait melaksanakan homeschooling di daerah yang cenderung masih tradisional dan minim fasilitas, juga cara mengenali bidang kepandaian anaknya.

Penanya ketiga bernama Diah menyampaikan bahwa ia memiliki anak yang cenderung introvert, dan bertanya kepada Mbak Wiwiet pada umur berapakah biasanya anak sudah bisa lepas dari orangtuanya.

Menjawab pertanyaan yang disampaikan, Mbak Wiwiet menyampaikan bahwa menempuh jalur pesantren dari homeschooling adalah sangat memungkinkan. Yang paling utama adalah menumbuhkan kesadaran dan minat anak untuk menempuh jalur pesantren. Karena pada dasarnya orangtua tidak bisa memasukkan keinginan kepada anak. Namun bila memiliki misi atau tujuan tertentu untuk anaknya, maka yang bisa dilakukan adalah mengarahkan. Dengan menumbuhkan cinta dan minat terhadap pesantren, semoga pada saatnya nanti anaknya sendiri yang memiliki keinginan untuk masuk pesantren.

Menjawab pertanyaan dari penanya, Mas Aar menyampaikan bahwa pada prinsipnya orangtua harus dapat menerima anak apa adanya. Dan dalam hal sosialisasi, kuncinya adalah kenyamanan. Dan bersabar sampai anak dapat lepas dari orangtua dan mandiri adalah kuncinya.

Bila orangtua menginginkan sebuah hal untuk dilakukan oleh anak, maka semua itu berangkat dari orangtuanya. Sebagaimana bila menghendaki anak untuk membaca, maka orangtua harus memperlihatkan bahwa membaca itu menyenangkan. Karena pada dasarnya, anak tidak mendengarkan, tetapi melihat. Apa yang dipraktikkan adalah apa yang dilihatnya dalam keseharian, bukan yang dinasihatkan. Demikianlah ada sebuah kutipan: “Raising children, raising ourself. Mendidik anak, mendidik diri kita sendiri.”

Untuk mengatasi kekurangan fasilitas di daerah, Mas Aar memberi tips dengan mendatangkan fasilitas tersebut ke tempat tinggalnya. Sedangkan terkait dengan budaya lokal, ada baiknya secara perlahan memperkenalkan budaya lokal tersebut ke anak kita.

Merespon salah satu ucapan dari penanya yang menyatakan bahwa dirinya adalah ibu biasa, Kak Siddiq menjawab bahwa tidak ada ibu biasa, karena semua ibu luar biasa sebagaimana ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan kaum laki-laki seperti mengandung dan menyusui.


Yakin Menjalani Homeschooling

Sesi pertanyaan kembali dibuka untuk dua orang penanya. Peserta bernama Bambang menanyakan bagaimana menerapkan homeschooling untuk orangtua yang bekerja. Sedangkan penanya bernama Amalia menanyakan seputar tips mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia luar yang kompetitif.

Menanggapi pertanyaan peserta, Mbak Wiwet menyampaikan bahwa kuncinya menjalankan homeschooling adalah yakin, sehingga apa pun akan dilakukan.

Sedangkan Mas Aar menyatakan bahwa beban besar melaksanakan homeschooling ada pada ibu. Bila ibu OK, maka semua akan berjalan dengan lancar.

Mas Aar juga menyatakan bahwa saat usia preschool, bonding atau kedekatan antara orangtua dengan anak itu penting. Bila anak sudah memasuki usia sekolah, maka orangtua akan berperan lebih menjadi partnernya dalam belajar dan berkarya.

Dan bagi Mas Aar, kemampuan bekerjasama lebih penting dari kemampuan berkompetisi.  Dan tugas orangtua adalah membuka pintu-pintu kesempatan belajar bagi anak.

Menurut Mas Aar juga bahwa salah satu proses penting dalam homeschooling adalah magang dan praktik. Hal itu mulai dapat dilakukan dalam homeschooling untuk anak yang memasuki usia remaja. Dan bila mengalami kendala dalam keterbatasan fasilitas untuk belajar anak, maka buatlah fasilitas itu.

Sebelum sesi pertama diakhiri, diadakan pembagian door prize berupa buku karya Mas Aar, 'Apa Itu Homeschooling', dan buku karya putra Mbak Wiwiet, Atala, kepada para peserta yang beruntung.


Belajar dengan Bahagia

Waktu menunjukkan pukul 11.10 WIB saat sesi pertama Bincang Seru Homeschooling berakhir. Acara dilanjutkan dengan rehat untuk makan snack sebelum memasuki sesi kedua.

Sementara peserta Bincang Seru menikmati hidangan, Mbak Lala dan Kak Siddiq kembali memancing perhatian para peserta dengan membawakan sebuah lagu yang dinyanyikan berdua. (Dan kebetulan saya membantu mengiringi dengan gitar ala kadarnya… xD).

Lagu ini merupakan cover dari lagu ‘My Favourite Things’, salah satu OST film Sound of Music. Demikian liriknya:

Mengapa anakmu tidak sekolah?
Bagaimana nanti masa depannya?
Sudahkah kau pikir akibatnya? 
Untuk anak jangan coba-coba

Sungguh aku tak sedang coba-coba
Orangtualah guru yang utama
Dari sanalah semua bermula
Kami keluarga yang punya rencana

Kamu yakin?
Aku yakin
Apa buktinya?
Lihatlah wajah dan mata mereka, belajar dengan bahagia

Lalu bagaimana cara belajarnya?
Sanggupkan kamu untuk mengajarnya?
Matematika, Fisika, Kimia
Serahkan saja pada ahlinya

Belajar itu bisa banyak cara
Kelasnya beratap langit angkasa
Buku, internet, dunia nyata 
Sumber belajar yang sangat kaya

Kamu yakin?
Aku yakin
Apa buktinya?
Lihatlah wajah dan mata mereka, blajar dengan bahagia

Sosialisasinya bagaimana?
Kasihan nanti tak ada temannya
Teganya kamu mengurung dia
Tidakkah kamu memikirkannya?

Dunia luas tempat bermainnya
Tua muda bisa jadi temannya
Aku tidak sedang mengurungnya
Temannya justru di mana-mana

O begitu?
Ya begitu
Mmm asyik juga
Memang kulihat wajah mata mereka, belajar dengan bahagia

Lihatlah wajah dan mata mereka, belajar dengan bahagia



Menghalau Galau


Para pembicara di sesi kedua
Setelah lagu selesai, acara Bincang Seru memasuki sesi kedua dengan tema ‘Menghalau Galau’. Mbak Priska Akwila Sabrina Widianto menjadi pembicara pertama untuk tema ini.

Ibu dua anak ini diperkenalkan sebagai praktisi metode Charlotte Mason dalam menjalankan homeschooling untuk kedua anaknya. Menurut Mbak Priska, usia anak 1-7 tahun belum ada metode belajar yang terstruktur. Anak masih bebas bermain, dekat dengan alam dan orangtua tidak terlalu banyak mendikte. Dan bagi Mbak Priska, buku-buku Charlotte Mason dapat menginspirasi anak untuk mau mengeksplorasi lebih jauh. Dan salah satu metode yang diterapkan untuk anak-anaknya adalah dengan belajar menceritakan kembali apa-apa yang telah diceritakan.

Metode Charlotte Mason adalah satu di antara sekian banyak metode homeschooling. Dan menurut Mbak Priska, memilih metode homeschooling haruslah sesuai dengan karakter dan kenyamanan dari orangtuanya. Maka mencari metode yang sesuai sesungguhnya adalah struggle day by day, perjuangan dari hari ke hari untuk berusaha tetap seimbang, tidak terlalu lurus ataupun terlalu longgar.

Setelah pemaparan dari Mbak Priska selesai, pembicara kedua, Mas Fitra Arifin, naik ke atas panggung, kemudian berbagi cerita seputar proses mendidik kedua anaknya yang mana sebelumnya pernah menjalani proses belajar di bangku sekolah.

Dalam memperkenalkan metode homeschooling kepada anaknya, Mas Fitra berusaha memberikan kesan kepada anak-anaknya bahwa homeschooling itu menyenangkan. Maka dalam masa transisi, Mas Fitra mengisinya dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan. Sebuah fase yang disebut oleh Mas Fitra sebagai metode unschooling.

Bagi Mas Fitra, caranya untuk menghalau galau adalah dengan memantapkan keyakinan untuk menempuh homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak-anaknya. Salah satu metode yang diterapkan adalah dengan menetapkan target-target awal lalu mengapresiasi setiap keberhasilan, walaupun kecil, yang dicapai oleh kedua anaknya.

Suasana ruang acara Bincang Seru di sesi kedua
Setelah Mas Fitra, para host kembali memanggil pembicara ketiga untuk sesi kedua yaitu Mbak Irmayanti Nugraha, seorang guru bersuamikan dosen, yang telah 6 tahun menerapkan homeschooling kepada anak-anaknya.

Sebagai seorang guru, pada awalnya, Mbak Irma berusaha menyamakan kompetensi anaknya saat berusia 7 tahun dengan kemampuan anak kelas 1 SD. Namun yang terjadi adalah penolakan karena anaknya tidak mau mengerjakan lembar jawab matematika, tidak mau menulis, bahkan tidak mau membaca bila tidak dibacakan. Demikianpun anaknya yang lain tidak mau belajar menggunting dan mewarnai, sehingga itulah yang membuatnya galau di dalam menjalani homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya.

Tapi, walaupun merasa galau, Mbak Irma tetap memilih homeschooling sebagai jalan pendidikan bagi anak-anaknya. Salah satu pertimbangannya adalah karena melihat sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, dan juga karena mengikuti visi pendidikan keluarga.

Menurut Mbak Irma, peran suami sebagai peneguh adalah penting. “Jangan bilang ‘terserah mama’ bila istri sedang bingung.” ucap Mbak Irma.

Bincang-bincang berlanjut dengan eksplorasi lebih dalam bagaimana masing-masing pembicara menyikapi kegalauan baik di dalam keseharian maupun aneka pertanyaan yang datang dari kalangan keluarga. Sebagaimana Mbak Priska menyatakan bahwa dari kesehariannya menerapkan homeschooling, ia mendapatkan pembelajaran untuk bisa mengatur waktu dengan lebih baik lagi.


Dekat di Minecraft

Waktu telah menunjukkan sekitar pukul 12.20 WIB, dimana acara Bincang Seru kembali rehat untuk makan siang dan melaksanakan ibadah sholat bagi yang menjalankan.

Pukul 1 siang, Mbak Lala dan Kak Siddiq kembali naik panggung untuk melanjutkan acara Bincang Seru Homeschooling bersama Klub Oase, yang masih di dalam sesi kedua dengan tema ‘Menghalau Galau’. Sebelum acara dilanjutkan, Kak Lala dan Kak Siddiq berbagi cerita bagaimana selain rapat orangtua Klub Oase dalam rangka mempersiapkan acara Bincang Seru, ternyata anak-anak juga melakukan rapatnya sendiri. Mereka membuat sebuah parodi dari lagu ‘Dekat di Hati‘ milik RAN menjadi ‘Dekat di Minecraft‘.

Anak-anak Klub Oase kemudian dipanggil maju ke depan untuk menyanyikan lagu dengan liriknya sebagai berikut:

Notif komputerku membuatku tersenyum di pagi hari 
Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi 
Entah mengapa aku merasakan kau sedang online 
Bermain denganmu menghibur saat kusendiri 

Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa di minecraft saja 
Namun ku slalu menunggu saat kau sedang online (di minecraft) 
Meski kau kini jauh di sana
Kita bermain di server yang sama 
Jauh di mata namun dekat di minecraft

Notif komputerku membuatku tersenyum di pagi hari 
Bermain denganmu menghibur saat kusendiri. 

Aku di sini dan kau di sana
hanya berjumpa di minecraft saja 
Namun ku slalu menunggu saat kau sedang online (di minecraft) 
Meski kau kini jauh di sana,
Kita bermain di server yang sama 
Jauh di mata namun dekat di minecraft.

Jarak dan waktu takkan berarti 
Karena kita slalu main minecraft
Di mana saja dan kapan saja kalau kita online.

Meski kau kini jauh di sana,
Kita bermain di server yang sama 
Jauh dimata namun dekat di minecraft
Dekat di minecraft, dekat di minecraft 




Masa Depan adalah Homeschooling

Bincang Seru Homeschooling bersama Klub Oase kembali dilanjutkan dengan memasuki sesi pertanyaan. Namun sebelum para peserta diberi kesempatan bertanya, Mbak Lala menghampiri salah seorang peserta, seorang lelaki di deretan kursi agak ke belakang, yang memperkenalkan diri sebagai ayah dari Mbak Wiwiet. Kepadanya, Mbak Lala meminta untuk berbagi pengalaman dan perasaan dalam menerima keputusan Mbak Wiwiet mengambil jalur homeschooling untuk anaknya.

Dengan penuh semangat, ayahanda dari Mbak Wiwiet menceritakan tahap demi tahap proses diri dan istrinya sampai akhirnya bisa menerima homeschooling sebagai pilihan jalur pendidikan bagi cucunya. Beliau mendukung homeschooling karena ia melihat bagaimana Atala, cucunya, terlihat begitu siap untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya, dimana tak seperti anak pada umumnya yang terlihat tidak percaya diri bila sedang menerima pertanyaan. Oleh karena itu, bagi ayahanda dari Mbak Wiwiet, masa depan adalah homeschooling karena setiap anak diajar sesuai dengan zamannya.

Dari cerita ayahanda dari Mbak Wiwiet, Mbak Lala mengambil sebuah tips bahwa bila ingin mengkomunikasikan tentang pilihan homeschooling kepada keluarga, dekatilah anggota keluarga yang paling memungkinkan. Setelah itu, anggota keluarga lain semoga dapat mengikuti.


Pentingnya Menerima Anak Apa Adanya

Sesi pertanyaan berikutnya diberikan kepada dua penanya. Peserta bernama Marina meminta tips dari para pembicara untuk anaknya yang akan masuk SMP, apakah akan memilih homeschooling atau jalur pendidikan yang lainnya. Sedangkan peserta bernama Fani berbagi seputar ketiga anaknya yang memiliki karakter dan daya tangkap yang berbeda-beda dan meminta pandangan dari para pembicara atas hal tersebut.

Menjawab pertanyaan dari peserta, Mbak Irma menyatakan bahwa walau dirinya memilih jalur homeschooling, bukan berarti jalur pendidikan melalui sekolah itu jelek. Apa pun jalur  pendidikan yang akan diambil dipersilakan, asalkan sesuai dengan visi pendidikan keluarga. Dan Mbak Irma juga menekankan akan pentingnya menerima keadaan anak apa adanya.

Dengan menggunakan mainan balok, menurut Mbak Priska hal tersebut dapat membantu melatih daya fokus anak sejak dini. Sedangkan Mas Fitra kembali menyampaikan bahwa adalah penting bagi anak untuk menyukai apa yang dilakukan.


Peran Ayah/Suami dalam Homeschooling

Sesi pertanyaan kembali dilanjutkan untuk tiga orang peserta. Salah seorang peserta yang tak menyebutkan namanya bertanya seputar tips dari Mbak Irma bagaimana caranya tetap menjadi guru yang mengajar di sekolah namun anak-anaknya memilih jalur homeschooling, dan ia juga bertanya sejauh mana peran ayah di dalam keluarga dalam homeschooling.

Peserta lain yang juga tak menyebutkan nama meminta kepada para pembicara untuk mengomentari pandangannya seputar homeschooling yang berarti belajar di rumah dan sendirian, sedangkan di sekolah lebih ramai dan bisa ngobrol dengan teman yang lain. Sedangkan peserta bernama Disa yang memiliki seorang putra berusia 4 tahun masih merasa belum yakin akan dirinya yang ingin mengambil jalur homeschooling untuk anaknya namun selama ini belum pernah mengajar dan tidak mengetahui dasar-dasar psikologi pada anak.

Menjawab pertanyaan seputar peranan suami di dalam homeschooling, Mbak Priska menyatakan bahwa antara dirinya dengan suami telah dibuat kesepakatan, bahwa karena suaminya bekerja, maka dirinyalah yang memegang seputar kegiatan belajar di rumah untuk kedua anaknya. Namun agar tetap terjadi momen kebersamaan antara ayah dan anak, maka ada hal-hal dimana suami yang melakukan saat tidak bekerja sebagaimana pelajaran agama dan menulis indah.

Sedangkan Mas Fitra sebagai ayah dan suami, yang dilakukannya adalah memberikan support terhadap kegiatan istri dan pendidikan anak-anaknya. Jawaban Mas Fitra pun dilengkapi oleh Kak Siddiq, bahwa untuk anak adalah meluangkan waktu, bukan mencari waktu luang. 

Menjawab pertanyaan tentang kesiapan mengajar untuk anak, Mbak Irma menyatakan bahwa seseorang tidak perlu menjadi guru atau psikolog untuk mengajar anaknya. Yang perlu dilakukan hanyalah cukup menjadi orangtua saja.

Bagi Mbak Irma, ada sebuah anggapan yang keliru yaitu menganggap kegiatan di dalam homeschooling haruslah berupa kegiatan akademik. Sedangkan menurut Mbak Irma, homeschooling adalah kehidupan itu sendiri. Maka bila ingin anak menjadi baik, jalanilah kehidupan yang baik.

Mas Fitra kembali berbagi pandangannya yang menyatakan bahwa sesungguhnya kemampuan belajar anak itu luar biasa dan terkadang di luar dugaan kita. Karena secara alamiah, anak dapat mencari cara untuk belajarnya sendiri walau tidak diajarkan oleh orangtua secara langsung.

Mbak Priska juga menambahkan sebuah tips bahwa di dalam homeschooling, orangtua harus bisa membuat suasana belajar itu menjadi fun atau menyenangkan agar anak tidak cepat bosan.

Dan di akhir pemaparan para pembicara di sesi kedua, Mbak Lala menambahkan bahwa setelah keluarga, maka persahabatan antar-keluarga sesama pelaku homeschooling menjadi penting.


Kegiatan Zero Waste

Di akhir sesi kedua, Mbak Shanty Syahril sebagai PIC (person in charge) dari kegiatan Zero Waste untuk acara Bincang Seru mendapatkan kesempatan untuk berbagi seputar  hal tersebut kepada para peserta, bahwa kegiatan Nol Sampah itu adalah sebuah eksperimen apakah bisa membuat sebuah acara yang minim sampah, yaitu dengan berupaya memilah sampah sejak dari awal, bukan setelah sampah itu menumpuk.

Acara dilanjutkan dengan pembagian door prize kaos Klub Oase untuk dua peserta yang menuju tempat acara dengan angkutan umum, bagi yang beruntung.


Keseharian Homeschooling

Waktu menunjukkan pukul 14.17 WIB saat sesi ketiga Bincang Seru Homeschooling bersama Klub Oase dengan tema “Keseharian Homeschooling” dimulai, dimana Mbak Raken Asri yang memiliki dua orang putra menjadi pembicara pertama.

Di dalam sharingnya, Mbak Raken bercerita seputar minat-minat kedua anaknya dimana Ceca (11 tahun) memiliki ketertarikan dengan astronomi dan mengisi hari-harinya dengan aneka kegiatan bersama komunitas penggemar astronomi. Sedangkan Sabil (7 tahun) memiliki minat yang besar pada dunia serangga sehingga pada saat ini ia sudah bisa membedakan antara kupu-kupu jantan dan betina, aneka ulat dan sebagainya.

Bagaimana mengetahui anak itu meminati suatu bidang? Mbak Raken memberikan sebuah tips yaitu dengan melihat dari binar matanya. Begitu melihat mata anak berbinar, langsung tangkap hal itu dan salurkan. 

Bincang-bincang sesi ketiga dilanjutkan dengan mendengarkan pengalaman dari Mbak Riil Viprianis, yang biasa disapa Mbak Anis, seputar pilihan homeschooling untuk ketiga anaknya. Anak tertua Mbak Anis dikabarkan telah lulus Ujian Paket C dan kini sedang menjalani kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogya.

Ada kisah menarik saat Andaru, anak tertua Mbak Anis, menempuh Ujian Paket C yang terdaftar untuk jalur IPS, sedangkan sebelumnya Andaru telah belajar untuk menempuh ujian IPA. Karena tidak dapat merubah jurusan pada saat-saat terakhir, mau tidak mau Andaru menjalani tes tersebut dan berhasil lulus. Hal itu kembali menunjukkan bahwa sesungguhnya anak memiliki caranya sendiri untuk mempelajari sesuatu dan menyelesaikan permasalahan yang ada di hadapannya. Dengan demikian, Mbak Anis pun memiliki pandangan bahwa tidak hanya sekolah formal yang dapat membuat anak-anak itu belajar.

Mendengar cerita dari Mbak Anis, Mbak Lala berkesimpulan bahwa ternyata terkadang terlalu protektif terhadap anak tidak selalu berbuah manis.

Pembicara ketiga di sesi ketiga Bincang Seru Homeschooling bersama Klub Oase adalah Mbak Moi Kusman, seorang ibu dari 3 anak dimana dua anak tertuanya baru saja menyelesaikan kuliah di jurusannya masing-masing, padahal mereka mengambil jalur homeschooling sebelum masuk kuliah. Dan Mbak Moi menceritakan bahwa anak-anaknyalah yang menyatakan ingin berhenti sekolah, bukan kemauan dari orangtuanya.


Komunikasi antara Orangtua dan Anak

Para pembicara di sesi ketiga
Karena pada sesi ketiga ini topiknya adalah pada apa yang dilakukan dan dicapai oleh anak-anak, maka Mbak Lala dan Kak Siddiq mengundang anak-anak dari para pembicara untuk naik ke panggung agar dapat berbagi pengalamannya secara langsung kepada para peserta Bincang Seru.

Andaru, anak Mbak Anis yang sedang menjalani kuliah di Yogya, menyatakan bahwa ia memilih untuk berhenti sekolah karena merasa stres dan tertekan dengan berbagai tugas dan jadwal dari sekolah, dikarenakan jadwal-jadwal tersebut berbenturan dengan jadwal mainnya. Dan bagi Andaru, ia lebih menikmati belajar di luar sekolah karena anak-anak yang tidak tertekan lebih enak untuk diajak berteman.

Fari, anak Mbak Moi yang telah lulus kuliah pada tahun kemarin, memilih untuk berhenti sekolah karena merasa tidak nyaman dengan mata pelajaran yang menurutnya tidak ada kaitan dengan minatnya di bidang musik. Dan Fari menyatakan bahwa dirinya tidak mengalami kesulitan untuk kuliah walau tidak menyelesaikan sekolahnya. Karena baginya, sekolah berbeda dengan kuliah.

Saat diminta pesan-pesannya untuk para orangtua yang akan menempuh jalur homeschooling untuk anak-anaknya, Fari menyatakan bahwa antara orangtua dan anak haruslah saling bicara agar sama-sama mengerti apa yang diinginkan oleh keduanya. Sedangkan Andaru meminta agar para orangtua mendengarkan apabila anaknya sedang menyampaikan pendapatnya agar dapat saling kompromi. Karena pada dasarnya anak tidak meminta apa-apa selain didengarkan … dan juga tidak dimarahi… xD 

Biaya yang Dibutuhkan dalam Homeschooling

Masih ada waktu dari para host untuk memberikan kesempatan bertanya bagi para peserta Bincang Seru sebelum acara ditutup. Dan dua penanya yang tidak menyebutkan namanya menanyakan seputar apakah benar dana yang dibutuhkan lebih besar bila menempuh jalur homeschooling, dan disampaikan juga pertanyaan kegiatan homeschooling bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan fisik secara khusus.

Sebelum menjawab pertanyaan seputar dana yang dibutuhkan untuk kegiatan homeschooling, Mas Aar kembali diminta untuk sedikit mereview lagi seputar prinsip dan kelembagaan dari homeschooling itu sendiri, juga jalur-jalur untuk memperoleh ijazah yang bisa ditempuh.

Mengenai biaya, Mas Aar menyatakan bahwa biaya yang dipangkas dalam proses homeschooling adalah biaya gedung dan biaya guru bila menempuh jalur sekolah. Dan apa yang dikeluarkan, betul-betul dapat disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan anak. Maka salah satu perencanaan yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan biaya sesuai budget yang akan dikeluarkan bila menempuh jalur sekolah, dimana dana tersebut dialihkan untuk kegiatan-kegiatan anak. 

Mas Aar menyatakan bahwa salah satu risiko dalam menempuh homeschooling di Indonesia adalah peraturan pemerintah yang suka berubah-ubah. Seperti misalnya bila dahulu bila ingin menempuh Ujian Paket A/B/C di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) hanya tinggal daftar dan datang untuk ujian, saat ini peraturan menyatakan harus menyertakan raport dan sebagainya. Maka pada kesempatan dapat bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, dalam sebuah acara beberapa waktu yang lalu, Mas Aar meminta agar peraturan tersebut dapat kembali disesuaikan, dan dinyatakan oleh Pak Menteri bahwa hal tersebut akan dibicarakan.

Mengenai biaya untuk menempuh ujian paket di PKBM, Mas Aar menyatakan bahwa seharusnya tidak mahal. Namun karena beberapa PKBM mensyaratkan harus mendaftarkan sepaket dengan tutorial, maka nilainya menjadi lebih mahal. Maka sesungguhnya tidak ada kewajiban untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu di sebuah lembaga homeschooling bila ingin menempuh ujian paket di PKBM. Cukup hanya dengan mendaftar dan datang pada saat ujian.


Homeschooling bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Menanggapi pertanyaan seputar kegiatan homeschooling bagi anak-anak berkebutuhan khusus, Mbak Lala menyatakan bahwa sesungguhnya setiap anak memiliki kebutuhan khususnya masing-masing karena setiap anak itu unik. Betapapun, Mbak Lala dapat memahami maksud pertanyaan dari peserta yang mendapat kesempatan terakhir untuk bertanya di acara Bincang Seru Homeschooling pada hari ini.

Untuk menjawab hal tersebut, Mbak Lala meminta kepada Mbak Angki, ibu dari 3 anak dimana salah satunya berkebutuhan khusus untuk berbagi tentang keseharian pendidikan anaknya. Dalam kesempatan berbagi pengalaman tersebut, salah satu yang disampaikan adalah bahwa untuk menjalani proses itu memang tidak dapat ditangani sendiri, harus ada bantuan dari pihak lain.

Di dalam menjalani homeschooling, Mbak Raken menambahkan bahwa dengan berjejaring, para orangtua bisa mendapat banyak masukan dan informasi terkait dengan minat anak.

Kemudian Kak Siddiq menambahkan terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan dalam homeschooling, bahwa sesungguhnya ada hal yang mahal sekali dan tak tergantikan dari homeschooling adalah kedekatan yang terjalin lebih intensif antara anak dan orangtua.

Kesempatan berbagi berikutnya diberikan kepada Ceca yang bercerita seputar ketertarikannya dengan astronomi karena banyak misterinya. Sedangkan Sabil mendapat kesempatan untuk mempresentasikan serangga-serangga yang dibawanya ke atas panggung.

Dalam menyalurkan minat Sabil akan serangga, dikabarkan bukanlah hal yang mudah bagi Mas Reza, ayah dari Sabil, karena dirinya tidak menyukai serangga. Dan dalam kesempatan berbagi pengalaman yang diberikan, Mas Reza akan tetap mendukung minat anak-anaknya walaupun membutuhkan perjuangan orangtua. Dan Mbak Raken kembali mengingatkan bahwa bila seorang anak sudah menunjukkan minatnya atas sesuatu, langsung dimulai saja untuk disalurkan.

Sebelum memasuki bagian terakhir dari sesi ketiga, yaitu pernyataan penutup dari masing-masing pembicara, kembali diadakan pembagian doorprize berupa saputangan Klub Oase untuk tiga peserta yang beruntung.


Akhir dari Acara Bincang Seru Homeschooling

Di dalam pernyataan penutupnya, Mbak Moi menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan telah menciptakan setiap anak itu sempurna. Yang melakukan pengkotak-kotakan adalah para orangtua itu sendiri. Pada dasarnya, tidak ada yang salah dalam Ciptaan-Nya. Kewajiban para orangtua adalah menemukan kebahagiaan bagi masing-masing. Dan Mbak Moi menyatakan bahwa dirinya percaya akan miracle atau mukjizat. Bahwa bila berusaha, maka Gusti Allah mboten sare (tidak tidur).

Sedangkan Mbak Anis di dalam pernyataan penutupnya menyatakan agar para orangtua tidak usah merasa khawatir dengan apa yang akan dilakukan oleh setiap anak. Karena dunia ini begitu luas sehingga akan tersedia banyak profesi untuk mereka.

Dan Mbak Raken di dalam pernyataan penutupnya menyatakan bahwa para orangtua sebaiknya rajin main sama anak, “Gadget ditinggalin, buku ditinggal, main sama anak-anak.” ucap Mbak Raken. Dan sungguh banyak hal yang bisa diadakan dan tidak harus mahal, sebagaimana juga tidak harus pergi ke tempat yang mahal. Dan kembali Mbak Raken mengingatkan untuk segera menangkap minat dan kesukaan anak melalui binar matanya atas sesuatu.

Dengan pernyataan penutup dari Mbak Raken, maka selesailah kegiatan Bincang Seru Homeschooling bersama Klub Oase pada hari itu. Sebelum acara ditutup, Kak Siddiq menyatakan bahwa di dalam kehidupan keluarga, nahkoda adalah ayah. Maka berkomunikasi dengan istri dan mendengarkan pendapatnya serta menerima kondisi keluarga menjadi kuncinya.

Dan Mbak Lala menyatakan bahwa kegiatan homeschooling harus menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk orangtua dan anak. Betapa pun, terkadang ada hal yang dianggap ideal untuk orangtua, mungkin tidak untuk anak. Di sanalah terjadi proses penyesuaian dan komunikasi di dalamnya.


Selamat Ulang Tahun yang Keempat, Klub Oase... :)

Tak terasa sudah hampir 7 jam berlalu di acara Bincang Seru Homeschooling yang diadakan oleh Klub Oase ini. Pada awal acara memang terlihat seakan kursi tidak penuh terisi, seakan para undangan yang telah menghabiskan kuota itu tidak semuanya bisa hadir. Namun ternyata tidak. Seiring berjalannya waktu, kursi demi kursi pun terisi sampai ke baris paling belakang.

Dapat dikatakan bahwa penuhnya ruang acara itu masih sebagian dari pengunjung yang hadir, karena pengunjung yang sebagian lagi, yang merupakan anak-anak memiliki kegiatannya sendiri di ruang anak-anak yang telah disiapkan, dimana di sana Nur mendapat kesempatan untuk mendampingi anak-anak yang berminat dengan origami. Bisa dilihat betapa antusiasnya mereka dengan karya-karyanya :)



Menyanyi sebelum tiup lilin
Acara Bincang Seru Homeschooling yang diadakan Klub Oase ini sesungguhnya diadakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun Klub Oase yang ke-4, yang jatuh pada tanggal 25 Januari. Maka acara doa bersama, potong kue dan berfoto bersama menjadi penutup acara yang sungguh kami syukuri dapat berakhir dengan baik di bawah cuaca yang cerah di dalam musim penghujan ini.

Terima kasih kepada semua teman-teman Klub Oase dan anak-anaknya yang telah membuat acara yang seru ini dapat terwujud dan berakhir dengan baik. Terima kasih kepada para peserta yang begitu berantusias dan menjadikan acara ini menjadi sukses sarat ilmu dan pengetahuan.

Terima kasih, Tuhan, atas segala Perkenan dan Karunia-Mu kepada kami, atas cinta dan kasih yang terjalin di dalam Klub Oase. Semoga persahabatan ini dapat terus membawa kebahagiaan bagi kami dan anak-anak kami. Amin :)  





Bagi teman-teman yang ingin mendengarkan keseluruhan acara Bincang Seru Homeschooling bersama Klub Oase, silakan disimak di sini.


CONVERSATION

2 comments:

  1. Lengkaaaap! Keren banget. Terima kasih kak Andit ^_^

    ReplyDelete
  2. terimakasih atas informasinya, bermanfaat sekali..
    salam sukses selalu..

    klik -> http://www.mulyatamapsikologi.com

    ReplyDelete

Back
to top